Blitar,KabarNganjuk.com – Saat ini, Sumidi salah satu petani yang memiliki lahan pertanian terutama secara rutin mengelola pertanian tanaman pangan di wilayah kecamatan Kanigoro, lebih memilih menunda menanam padi.
Pertimbangan yang diambil dengan memperhitungkan produktivitas atau hasil. Fenomena cuaca yang terjadi karena adanya peningkatan suhu di permukaan air di Samudra Pasifik Tengah dan Timur yang lebih tinggi dari biasanya, mampu merubah pola cuaca global lebih ekstrem dan mengakibatkan musim kemarau lebih panjang dari biasanya, berdampak kekeringan dan mengakibatkan terbatasnya ketersediaan air yang dirasa tidak bisa mencukupi untuk lahan tanaman padinya. Kondisi kemarau panjang pada saat ini diprediksi akan berlangsung hingga Januari 2024.
Kepada KabarNganjuk.com, Sekretaris Kontak Tani Nelayan Andalan atau KTNA Kabupaten Blitar memberikan
pendapatnya, meskipun tanaman padi disepanjang tahunnya bisa ditanam, namun menurut Sumidi, untuk menanam padi dibutuhkan pemikiran yang lebih panjang terkait dengan anomali cuaca. Diungkapkan, idealnya waktu penanaman yang paling signifikan dilakukan pada musim penghujan atau musim rendeng di lahan yang memiliki sistem pengaliran air yang baik maupun pada lahan kering atau tadah hujan, dimulai pada bulan November hingga bulan Maret. Untuk musim tanam gadu, musim tanam pada lahan yang tidak mempunyai pengairan, dan hanya mengandalkan air hujan atau tadah hujan, dimulai pada bulan April sampai bulan Juli. Sedangkan musim tanam kemarau terjadi di bulan Agustus, September dan bulan Oktober.
” Karena pertanian disini masih mengandalkan pengairan, dan sekarang keadaan air yang belum optimal, akhirnya waktu semai padi bulan Nopember atau Desember belum bisa dilakukan. Kita menunggu dan tergantung cuaca, dimana sampai saat ini hujan belum ada, sehingga pengairan juga belum ada.” jelasnya.(17/12).
Pengelola sistem pertanian terpadu dan Omah Edukasi pertanian tengah sawah yang berlokasi Desa Gogodeso, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, menyampaikan, kemungkinan para petani yang memiliki lahan berada disekitarnya, diprediksi akan menanam padi pada awal bulan Januari 2024. Sumidi memberikan argumentasi, minimnya atau sedikitnya curah hujan selama musim kemarau, mengakibatkan kekurangan air irigasi pertanian. Apapun alasannya, tanaman merupakan mahluk hidup, dipastikan memerlukan air yang cukup untuk pertumbuhan yang optimal, sehingga terjadinya kekeringan sangat berpotensi menghambat perkembangan. Dan diakuinya, hingga sampai saat ini lahan – lahan pertanian disekitarnya masih sangat sedikit petani yang melakukan penyemaian padi.
” Melihat kondisi cuaca seperti saat ini, diprediksi kira – kira dimulainya tanam padi nanti pada awal atau pertengahan bulan Januari, dengan estimasi usia semai sekitar 20 hari. Sekarang pertengahan Desember, dan cuaca ternyata masih tidak menentu, ketersediaan air sangat terbatas, belum ada yang menyemai padi. Kalaupun ada air, itu diperoleh dari sumur pantek yang digunakan untuk mengairi tanaman jagung dan cabai ” tandas Sumidi. (Ans).