Nganjuk, KabarNganjuk.com – Warga desa yang tinggal di pinggiran hutan Kabupaten Nganjuk memanfaatkan datangnya musim penghujan atau saat daun jati mulai menghijau untuk berburu ulat jati atau kepompong yang dikenal sebagai enthung. Hasil buruan ini digunakan sebagai lauk untuk kebutuhan sehari-hari keluarga.
Setiap hari, sekitar 15 warga terlihat mencari kepompong ulat jati di kawasan Dusun Kepuhtelu, Desa Balongrejo, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Kegiatan ini menjadi rutinitas tahunan yang hanya dilakukan pada musim tertentu.
Sebagian besar pencari enthung adalah ibu-ibu. Mereka mulai memasuki area hutan sejak pukul 09.00 WIB hingga sore hari. Para warga memilih titik pencarian berbeda-beda yang dianggap banyak enthungnya. Lokasi yang paling sering menjadi incaran adalah area di bawah daun jati yang berlubang akibat dimakan ulat.
Salah satu warga, Subana, mengatakan bahwa dirinya telah bertahun-tahun mencari enthung setiap musim penghujan. “Saya setiap tahun datang ke hutan ini. Enthung itu hanya muncul saat musim hujan saja, jadi kami harus memanfaatkan waktunya,” ujarnya.
Menurut Subana, proses pencarian enthung cukup mudah dan tidak membutuhkan alat apa pun. “Caranya sederhana. Cukup lihat daun jati yang bolong dimakan ulat, lalu di bawahnya ada daun jati kering. Kalau dibongkar, biasanya enthung ada di dalam gulungan daun kering itu,” jelasnya.
Dalam waktu sekitar tiga jam, Subana bisa mengumpulkan satu rantang penuh enthung. Ia berencana mengolah hasil buruannya tersebut menjadi oseng-oseng. “Nanti saya masak jadi oseng-oseng enthung untuk dimakan bersama keluarga,” katanya.
Subana menambahkan bahwa enthung hanya bertahan dalam waktu singkat sebelum berubah menjadi kupu-kupu. “Paling lama satu sampai dua minggu saja. Setelah itu ya jadi kupu-kupu,” tuturnya. (red)





