KabarNganjuk.com – Hari Ulang Tahun Nganjuk jatuh pada 10 April di tahun 2024 ini. Nganjuk genap berusia 1087 tahun. Namun sayangnya, masih banyak yang salah memaknai HUT Nganjuk.
Setiap tahun HUT Nganjuk ditandai dengan pawai alegoris, Boyong, dan juga Kirap Pusaka. Boyong adalah simbol dari perpindahan pusat pemerintahan dari Kabupaten Berbek ke Kabupaten Nganjuk, yang terjadi pada masa kolonial tepatnya tanggal 6 Juni.
Sementara itu, HUT Nganjuk seharusnya difokuskan di Candi Lor, Desa Candirejo, Kecamatan Loceret. Karena disinilah pada masa MPU Sendok, Resimas Swatantra sebagai cikal bakal Nganjuk. Disini juga dibangun Jayastamba dan bangunan suci sebagai wujud penerimaan MPU Sendok pada saat melawan Sriwijaya.
Amin Fuadi, Kabid Kebudayaan, Dinas Pariwisata Kabupaten Nganjuk, mengatakan bahwa hari ini pihaknya mengadakan tasyakuran di Candi Lor, jelang HUT Nganjuk, karena disinilah cikal bakal Nganjuk.
“setiap tanggal 9 April, kami sellau mengadakan tasyakuran di Candi Lor sebagai upaya kami untuk berterima kasih kepada para leluhur yang dulu telah membangun Nganjuk sebagai sebuah resimas swatantra pada saat era Mpu Sendok,” ujar Amin pada Rabu 10/4/24)
Lebih lanjut “dan ini kami teruskan sebagai wujud terima kasih kami bahwa akhirnya Nganjuk menjadi cikal bakal sebagai suatu daerah otonom,” pungkasnya
Untuk menghormati para leluhur, salah satu peserta menyajikan sesaji yang disertai dengan panjatan doa.
Sukadi, seorang pengamat budaya, menjelaskan bahwa kegiatan HUT Nganjuk, yang tidak dipusatkan di Candi Lor, hanyalah merupakan penopang. Lebih tegas lagi, ia mengatakan bahwa HUT Nganjuk bukanlah Boyong, bukan pula Pawai Alegoris, dan bukan Kirab Pusaka. Hal ini perlu diperjelas agar masyarakat Nganjuk tidak tertipu.
“kegiatan-kegiatan yang berpusat selain di Candi Lor ini, saya fikir itu sebagai kegiatan penopang, yang primer tepatnya ada disini, bersamaan dengan ini kegiatan ziarah ke makam leluhur yang ada di Berbek,” ujar Sukadi
(tim)