PMK Merebak, Peternak di Nganjuk Terpaksa Menanggung Biaya Tambahan

Nganjuk-KabarNganjuk.com,  Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak telah berdampak signifikan pada perekonomian peternak di Kabupaten Nganjuk. Harga sapi di pasaran merosot tajam, memaksa para peternak menunda penjualan untuk menghindari kerugian lebih besar.

Sapi berusia 3 hingga 4 bulan yang biasanya dihargai hingga Rp13 juta per ekor, kini hanya ditawar sekitar Rp10 juta. Penurunan harga ini membuat para peternak harus mengeluarkan biaya tambahan untuk merawat hewan ternaknya lebih lama.

Bacaan Lainnya

Suyadi, seorang peternak asal Kelurahan Kedondong, Kecamatan Bagor, mengungkapkan bahwa ia saat ini memiliki empat ekor sapi yang dikelola untuk jual beli. “Induk sapi kami budidayakan, dan anaknya dijual saat sudah cukup umur. Tapi sekarang harga sangat rendah, jadi penjualan kami tunda,” ujar Suyadi.

Pasar Hewan Nganjuk yang biasanya ramai pada hari pasaran Pon dan Wage kini terlihat kosong. Pada Jumat Wage (17 Januari 2025), aktivitas jual beli sapi di pasar tersebut nyaris tidak ada. Informasi yang dihimpun menyebutkan bahwa merebaknya PMK menjadi penyebab utama sepinya pasar.

“Biasanya pasar ini penuh dengan transaksi jual beli sapi, tetapi sekarang sepi sekali. Orang-orang takut membawa sapinya karena wabah PMK ini,” ungkap salah satu warga setempat.

Merebaknya PMK tidak hanya menekan harga ternak, tetapi juga membuat peternak kesulitan menjual hasil ternak mereka. Para peternak berharap pemerintah segera mengatasi penyebaran PMK dengan memberikan bantuan vaksin dan sosialisasi penanganan penyakit, agar kondisi kembali normal dan harga sapi dapat pulih.

Sementara itu, peternak diimbau untuk tetap waspada, menjaga kebersihan kandang, dan memantau kesehatan hewan ternak agar wabah tidak semakin meluas.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *