Diduga Karena Kecerobohan Kontraktor, Badan Jalan Amblas, Ekonomi Lumpuh

Nganjuk, KabarNganjuk.com – Diduga tidak menguasai teknik pengerjaan jembatan dan tidak mempertimbangkan metode kerja, Kontraktor di Nganjuk diprotes warga dan dituntut ganti rugi pada Senin (12/8/2024).

 

Bacaan Lainnya

Hal itu terjadi pada pengerjaan jembatan Desa Kecubung yang menghubungkan Kecamatan Sukomoro dan Kecamatan Pace, salah satu warga terdampak Sahrur Cahya Rahmadhan, menganggap kontraktor tersebut tidak qualified, karena itu menurutnya, harus ada evalusi pihak yang berwajib, yakni stakeholder yang menangani dalam hal ini PUPR bahkan mungkin bisa saja APH bisa dilibatkan, karena kontraktor ini diduga merugikan masyarakat khususnya warga terdampak dan masyarakat umum pengguna jalan alternatif Kediri-Nganjuk.

 

Warga terdampak menuntut kompensasi atas bangunan yang bisa saja ikut amblas mengingat jarak amblasnya jembatan dengan bangunan rumah warga hanya berjarak kurang dari 10 meter. Mereka memberi batas waktu satu minggu/ tujuh hari kerja, apabila tidak diindahkan oleh kontraktor warga akan kembali memprotes.

Sahrur Cahya Rahmadhan, Warga Desa Kecubung

Kepada KabarNganjuk.com Sahrur menambahkan lebih lanjut, “Ini menjadi pembelajaran bagi kita semua, Dinas PUPR harus lebih teliti dalam mengevaluasi kontraktor, compro yang tertuang dalam e-catalog harus yang benar-benar qualified”, ucap Sahrur.

 

Kabid Bina Marga, Onny Supriyono

Dinas PUPR pun tidak tinggal diam, Kabid Bina Marga, Onny Supriyono, melakukan sidak turun ke lapangan melihat langsung kondisi badan jalan yang amblas. Dirinya memberikan statement kepada KabarNganjuk.com, bahwa, “Ambrolnya ini terkait galian pondasi yang memang kedalamannya kita rencanakan masuk lebih dalam dari dasar sungai, jadi kemiringan dari area longsor itu memang diperlukan. Rencananya kemiringan sekitar lima meter”. Ucap Onny.

 

Lebih lanjut, Onny menjelaskan bahwa, “Sebetulnya kemarin kita sudah berkoordinasi dengan forum lalu lintas untuk melakukan penutupan jalan Kecubung-Pace ini dengan harapan ketika dikerjakan, pondasi tersebut tidak mengalami getaran ketika dilewati kendaraan roda besar. Namun, ternyata jalan tersebut tidak ditutup dan akhirnya banyak kendaraan yang lalu-lalang sehingga menyebabkan getaran-getaran yang mengakibatkan semakin cepat runtuhnya badan jalan”, tegas Onny.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *